Pilihan ban tepat dapat menghemat BBM
Penggunaan ban yang tepat ternyata dapat memengaruhi konsumsi bahan bakar kendaraan. Hal ini telah dianalisis dan terus dikembangkan oleh semua akademisi, pun para produsen kendaraan dan spare part. Bagaimana supaya ban dapat menghemat BBM?
Di Indonesia, teknologi irit energi sudah diterapkan oleh sejumlah produsen ban lokal. Pada 2015, Bridgestone memperlihatkan Ecopia EP150 dapat menghemat BBM sampai 15 persen.
Pada 2017, Dunlop mengenalkan ban Enasave EC300+ yang dianggap ramah lingkungan dan dapat menghemat BBM sampai 10 persen.
Lalu, Maret 2018, produsen ban FDR mengenalkan ban purwarupa berteknologi Eco Smart Tire yang membawa tim Mahasiswa Indonesia menjuarai ruang belajar Urban Concept Shell Eco Marathon (SEM) 2018 di Singapura.
Terbaru, laksana dikabarkan detikOto, FDR pulang berinovasi membuat 20 ban prototype (purwarupa) radial untuk menyokong Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2018 di Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatra Barat.
Berdasarkan keterangan dari National Research Council (NRC), satu urusan yang menciptakan ban dapat menghemat BBM terletak pada keterampilan rolling resistance yang rendah-- ini pula yang diterapkan oleh sebanyak jenama yang telah dilafalkan di atas.
Rolling resistance atau hambatan gulir, ialah gaya yang dimunculkan oleh jalan atau permukaan terhadap ban kendaraan guna menahannya dari menggelinding. Mudahnya, hambatan gulir hadir saat terdapat gesekan ban di jalan.
Ketika hambatan gulir pada ban kita tinggi, mesin butuh bekerja keras supaya kendaraan dapat melaju. Hal ini bakal menyita lebih tidak sedikit bahan bakar.
Sebaliknya, hambatan gulir rendah dapat membuat ban lebih gampang meluncur, sampai-sampai tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan lebih enteng dan dapat menghemat BBM.
Meski begitu, ban dengan hambatan gulir rendah harus didukung desain mumpuni supaya kendaraan sepenuhnya aman.
Sebab, tinggi rendahnya hambatan gulir juga diprovokasi desain dan situasi ban, pun jenis dan situasi jalan.
Pada jalanan basah, hambatan gulir bakal berkurang dan dapat menimbulkan gejala aquaplaning—kondisi saat ban kehilangan traksi. Jika ban tidak dilengkapi daya cengkeram yang baik, kendaraan berpotensi hilang ekuilibrium dan justeru celaka.
Di samping itu, studi yang dihelat oleh Departemen Perhubungan di Minnesota mengejar bahwa aspal mempunyai 24 persen hambatan gulir lebih tinggi dibanding beton. Di satu sisi, tersebut berarti ban kendaraan bakal lebih gampang dikendarai ketika melaju di jalan beton ketimbang di jalanan yang tertutup aspal.
Namun, adanya pasir di kedua jenis jalan juga dapat meningkatkan hambatan gulir, sehingga paling sulit untuk mengalihkan kendaraan saat terjebak di tumpukan pasir.
Oleh karena itu, semua akademisi dan produsen ban masa sekarang semakin gencar menganalisis desain khusus guna mengembangkan ban yang dapat menghemat BBM sekaligus memastikan keselamatan dan kenyamanan berkendara dengan lebih baik.
Dari segi desain, menurut keterangan dari Bambang Herman Muhadi, Manajer Training PT Sumi Rubber Indonesia (Dunlop), selain memakai alur ban yang lebih banyak untuk melemparkan sisa air saat melewati jalan basah, bahan pada ban pun penting. Bahan yang tepat dapat membuat putaran roda lebih responsif ketika melaju.
Kata dia, sebuah ban dapat saja menghemat BBM andai mempunyai kompon (bahan campuran) padat. Kompon adalahbahan karet yang melapisi ban.
Akan namun ban dengan kompon padat sekalipun belum pasti aman andai bahan-bahan pembuat karetnya dipadati kompon biasa laksana karbon. Ia menganjurkan pakai ban dengan kompon yang dipadati silika.
Menurutnya, kompon kaya silika tidak saja membuat unsur ban lebih padat dari memakai kompon biasa, tapi pun menghasilkan hambatan gulir rendah sekaligus daya cengkeram yang lebih baik.
Bambang menjelaskan, kompon lebih padat memungkinkan ban segera berputar saat mesin hidup tersambung dengan transmisi.
Sementara pada kompon yang tidak cukup padat, roda belum secara otomatis berputar saat mesin dihidupkan sebab titik di ban yang tidak tersentuh aspal ketika mulai melaju perlu waktu guna memadat.
"Jeda masa-masa yang terjadi tersebut menyebabkan pemborosan bahan bakar,”ujarnya sambil menambahkan bahwa pemborosan BBM sangat terasa ketika mobil tidak sedikit mengerem dalam situasi jalanan macet..
Pengamat otomotif Nathan Wilmot, menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat empat hal yang menilai irit tidaknya konsumsi BBM, yakni massa, aerodinamis, gesekan dan aksesori kendaraan.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa apa-apa yang “lebih”pasti menambah pemakaian BBM sebab terhubung dengan 4 hal tadi.
Misal, melaju lebih cepat, atau mempercepat dan meminimalisir kecepatan secara agresif, tergolong lebih sering memasuki rem, dapat menyebabkan kerugian aerodinamis.
Lalu, kendaraan lebih besar pun menyebabkan gesekan lebih banyak sehingga lebih boros BBM. Seperti diterangkan laman Autodeal, berat kendaraan dan ukuran ban, pun seberapa tidak sedikit karet ban bersentuhan dengan permukaan jalan, menilai seberapa besar gesekan dan hambatan gulir.
Mekanisme serupa pun berlaku guna permukaan ban yang aus atau botak.
Terakhir, ban yang tidak cukup atau keunggulan tekanan pun boros BBM. Sebab, pada ban bertekanan rendah, dinding samping ban yang lebih luwes mengurangi konversi energi dari mesin ke jalan. Di sisi lain, keunggulan tekanan dapat mengurangi pesona kendaraan sehingga menambah massa dan gesekan.
LEMBAGA KURSUS & PELATIHAN
MUSTIKA WANGI
KURSUS OTOMOTIF
MENGEMUDI, MONTIR MOBIL DAN
MONTIR SEPEDA MOTOR
Jl. Raya Timur No.10 Ciborelang, Jatiwangi Majalengka 45454.
Telp. (0233) 883678 – 08122196016
No comments:
Post a Comment